mengelola media sosial

Mengelola Media Sosial Memang Sulit, Tapi Tetap Bisa Profit

POSTED IN

Marketing

WRITTEN BY

Nay Madani

DATE

Di era yang serba modern ini, semua orang terhubung melalui media sosial. Namun, banyak brand yang belum menyadari bahwa kita dapat mengais profit dari media sosial. Hal ini disebabkan masih banyak yang belum mengetahui bagaimana cara mengelola media sosial dengan baik dan benar agar hasilnya optimal.

Tapi tentu saja, banyak tantangan yang dihadapi saat mengelola media sosial. Proses yang naik turun ini akan selalu dialami setidaknya oleh tim konten dan desainer grafismu. Misalnya, belum tentu konten kita akan tinggi engagement-nya meskipun sudah melakukan riset mendalam, hingga bagaimana kita sebagai sebuah brand tidak akan bisa mengontrol komentar netizen terhadap brand kita.

Jadi, baca artikel ini sampai habis untuk mengetahui tantangan apa saja yang dapat muncul saat mengelola media sosial.

Media Sosial

Rintangan mengelola media sosial

Mengelola media sosial sama halnya seperti saat kamu naik sebuah rollercoaster. Ada waktunya kita berada di atas, di bawah, ataupun berputar hingga posisi kepala bertukar dengan kaki. Tapi, perlu diperhatikan bahwa akan ada halangan yang muncul saat mengelolanya. Maka, diperlukan taktik jitu saat ingin mengoptimalkan media sosialmu.

– Riset yang mendalam tidak menjamin post-mu berhasil

Membuat konten itu sulit. Fakta yang dituliskan HubSpot menyebutkan ada 24% digital marketer kesulitan membuat konten yang menarik. Membuat konten media sosial yang berkualitas tentunya memakan waktu. Pertimbangkan juga jika kamu ingin membuat konten mirroring dari salah satu platform ke platform yang lain.

Selain itu, riset yang mendalam juga tidak menjamin engagement kontenmu tinggi. Hal ini disebabkan karena preferensi dan harapan konsumen terus tumbuh. Jadi, kamu harus melakukan investasi yang lebih besar dalam tim dan sumber daya untuk menyukseskan sebuah konten. Prioritaskan tujuan mengelola media sosial sebagai alat komunikasi penting dan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk menghasilkan konten yang kreatif, relevan, dan otentik. Maka dari itu, kamu harus menggabungkan riset, tren, copywriting yang bombastis, dan juga doa yang konsisten agar kontenmu bisa naik secara cepat dan berdampak positif.

– Ekspektasi audiens tidak selalu bisa terpenuhi

Selain untuk mendapatkan followers dan engagement, kamu juga ditantang harus selalu memenuhi ekspektasi konsumen. Saat ini, kita sedang bergaung dengan metaverse, Web3, Internet of Things, Virtual Reality, Augmented Reality, Blockchain, dan lain-lain dalam mengelola media sosial. Padahal, hal-hal seperti ini tidak selalu relevan dengan produk bisnis kita. Tapi, audiens mengharapkan brand-mu agar mengikuti perbincangan dunia agar tidak dianggap ketinggalan informasi.

Di sisi lain, pembahasan topik terkini oleh brand-mu dapat menentukan persepsi audiens. Misalnya, audiens akan menganggap brand yang mengangkat isu sosial yang terjadi di masyarakat sebagai hal yang signifikan. Hal ini dapat menjadi identitas bisnismu dan penempatan brand positioning di mata masyarakat.

– Beda platform juga berarti beda konsep

Menurut HubSpot, 26% digital marketer mengatakan tantangan terbesar mereka di 2022 adalah menentukan platform mana yang sepadan dengan waktu dan sumber daya yang diinvestasikan.

Hal ini masuk akal, karena media sosial paling populer belum tentu menjadi yang paling cocok untuk bisnismu. Maka, sering kali kamu kesulitan untuk menentukan media sosial mana yang harus kamu sertakan dalam strategi pemasaran.

Pastikan kamu memilih media sosial sesuai dengan siapa audiensmu dan di mana mereka menghabiskan waktu paling banyak di media sosial. Kamu bisa memanfaatkan data demografi audiens yang diberikan tiap platform untuk menyusun strategi dalam mengelola media sosial. Jangan lupa untuk mempertimbangkan jenis konten seperti apa yang disukai audiensmu agar selaras dengan tujuan bisnismu.

– Ide kreatif tidak datang setiap hari

Lagi-lagi, HubSpot memperlihatkan bahwa 23% digital marketer kesulitan untuk membuat ide konten baru. Tentu saja, karena ide kreatif tidak datang setiap hari. Padahal, tuntutan untuk mengunggah konten harus dijaga frekuensinya. Jika kamu memakai platform seperti Instagram dan TikTok, keduanya malah terkadang membutuhkan lebih dari satu konten per hari.

Mungkin memang sulit untuk mencari ide baru saat media sosialmu sudah penuh dengan konten. Jadinya, konten-konten yang sudah ada hanya di-recycle dengan angle yang berbeda. Untuk mengatasinya, kamu bisa terus mencari referensi di semua kanal media sosial, termasuk artikel dan berita yang sedang trending di dunia nyata.

– Komentar netizen tidak selamanya positif

Ada satu hal lagi yang tidak akan bisa kamu kontrol, yaitu bahwa netizen sangat beragam di dunia ini. Akan selalu ada orang-orang yang mendukung brand-mu. Tapi, akan selalu ada pula orang-orang yang mencaci-maki. Seperti kata pepatah, semakin tinggi pohon maka semakin kencang angin yang menerpa. Maka, buatlah konten yang benar dan sesuai fakta tanpa ada maksud negatif kepada audiens saat mengelola media sosial. Siapkan pula mental sekuat baja untuk menghadapi komentar-komentar yang unik dari netizen.

Mengelola media sosial dengan menentukan tolok ukur

Untuk mengontrol naik-turun saat mengelola media sosial, kamu bisa menerapkan beberapa Key Performance Index (KPI) dalam mengukur performa media sosial bisnismu. Berikut adalah beberapa KPI utama yang bisa membantu mengukur performa setiap platform.

1. Engagements

Setiap platform memiliki ukuran engagement yang berbeda. Contohnya beberapa platform memiliki fitur share, like, comments, dan repost. Di Twitter, ada pula fitur retweet atau quote tweet yang juga bisa digunakan sebagai alat ukur.

2. Click-Through Rate

Kamu bisa mengukur tingkat brand awareness serta persepsi brand saat mengelola media sosial. Contohnya yaitu impression dan reach yang didapatkan dari audiens.

3. Lead Generation 

Biasa disingkat lead gen, metrik ini adalah jumlah total lead atau prospek yang diraih, dibagi dengan jumlah total pengunjung melalui media tertentu. Contohnya seperti penggunaan Search Engine Optimization (SEO) dan sponsored content.

4. Share of Voice

Cara ini digunakan untuk mengukur seberapa banyak orang membicarakan brand-mu di media sosial. Contohnya jika kamu mengelola media sosial seperti Twitter, ukurlah volume atau total cuitan tentang brand-mu. Kemudian, kamu juga bisa menentukan sentimen terhadap brand-mu, misalnya apakah audiens lebih banyak menggunakan bahasa yang bersifat negatif atau positif saat membicarakan suatu brand.

5. Return of Investment

Metrik ini berisi kunjungan audiens di platform media sosial untuk melakukan pembelian dan menunjukkan secara langsung konversi produk bisnismu. Contohnya adalah jumlah referral dan conversion.

6. Customer Care

KPI ini menunjukkan pengalaman audiens dengan brand-mu dan kecepatan kinerja brand. Contohnya saat mengelola media sosial adalah response rate atau seberapa cepat akunmu membalas komentar dan jangka waktu brandmu membalas pesan audiens.

Optimalkan media sosialmu bersama Nice To Meet You Studio

Mengelola media sosial memang lebih banyak aspek yang menyulitkan. Tapi, ketika kamu telah mengoptimalkan dengan maksimal, maka hasilnya juga akan memuaskan.

Pastikan kamu mengelola media sosial dengan tim yang tepat. Kamu bisa bekerja sama dengan Nice To Meet You Studio untuk membuat media sosialmu lebih berwarna dengan konten-konten terbaik.

Kunjungi Pricing Page kami dan jadwalkan meeting sekarang juga. Jangan lupa kunjungi Instagram @nicetomeetyou.studio untuk mengecek portofolio media sosial kami!

Related Readings